Sekali Mudik Tetap Mudik

Alih-alih menuruti peraturan pemerintah tentang larangan mudik, beberapa masyarakat mencoba nekat untuk tetap mudik. Beberapa ada yang sengaja berangkat pagi bahkan terbilang sangat dini, pun beberapa berangkat larut demi menghindari pengawasan berlebih dari petugas keamanan. Arus mudik pun tak terhindarkan.

Dilansir dari berbagai media pemberitahuan menyebutkan bahwa beberapa pemudik mencoba menerobos portal larangan mudik. Arus tak terbendung terhitung sejak H-3 lebaran. Meski tercatat beberpa pemudik berhasil dipaksa putar balik, tak sedikit pula yang akhirnya mencoba mencari jalan tikus demi terus melanjutkan perjalanan. Hingga mendekati Idulfitri, jalanan terus terpantau ramai. Meskipun peraturan menyatakan dengan tegas, masyarakat tetap nekat mudik mengingat sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 masuk dan menyebar di Indonesia yang mengakibatkan pembatasan di banyak wilayah. Masyarakat memaksa untuk mudik mengingat pandemi masih belum diketahui kapan akan berakhir, sedangkan sanak saudara di kampung halaman telah menanti kepulangan mereka.

Sebenarnya, mudik bisa dilakukan kapan saja. Namun, puncak pelaksanaan mudik diselaraskan dengan momen Idulfitri yang merupakan peringatan besar bagi masyarakat Indonesia kebanyakan. Perlu digarisbawahi pula bahwa momen mudik lebaran bukan hanya milik satu golongan saja, melainkan milik seluruh elemen masyarakat. Hampir semua orang mudik.

Sempat terlintas diskusi dengan seorang teman terkait ganjilnya larangan permerintah terkait mudik mengingat pada tahun 2020 masyarakat telah dirundung rasa takut, cemas dan khawatir berlebih tentang Covid-19. Beberapa menyakini bahwa Covid-19 tidak nyata, beberapa pun percaya. Masyarakat sudah merasakan pedihnya, susahnya merayakan momen kebersamaan tidak dengan orang-orang terkasih.

Lantas, apa yang akhirnya menyebabkan masyarakat tetap nekat mudik di lebaran tahun ini? Apakah itu artinya masyarakat tidak lagi percaya dan menganggap Covid-19 ada?

Banyak pemikiran atau pendapat yang simpang siur terkait Covid-19. Belum lagi beberapa kasus yang akhir-akhir ini sudah terjadi seperti dana bansos yang dikorupsi, tentang hasil tes yang diperjual-belikan, hingga penggunaan alat tes bekas di salah satu bandara besar di negeri ini.

Bukankah beberapa berita tersebut akhirnya berhasil membuat kepercayaan masyarakat menjadi berbalik arah? Beberapa masyarakat sudah berusaha taat, tetapi kenyataannya mereka dikhianati dengan perbuatan beberapa oknum. Masyarakat kecewa, sangat kecewa. Dari kekecewaan inilah yang membuat beberapa orang akhirnya kurang mempedulikan larang pembatasan. Masyarakat merasa cukup dan hanya meyakini bahwa musibah ini ada dan protokol kesehatan bisa tetap diterapkan untuk mencegah tertularnya Covid-19. Pada akhirnya masyarakat melakukan ritual mudik agar bisa memeriahkan momen lebaran bersama orang-orang terkasih.

Tinggalkan komentar